Gerakan Pramuka dan Kenakalan Remaja
Salah satu masalah terbesar di negara kita adalah kenakalan remaja. Menjadi maslah terbesar karena sangat berkaitan dengan kelangsungan perjalanan hidup negara dan bangsa di masa depan. Remaja adalah pemegang kendali di masa depan, jika remaja hari ini telah dirusak mentalnya maka tak terbayangkan akan seperti apakah wujud bangsa dan negara kita kelak.
Penyalahgunaan narkotika dan seks bebas adalah diantaranya bentuk kenakalan remaja yang sangat mengkhawatirkan. Itu bukan hanya berhubungan dengan soal fisik dan mental secara medis, tetapi juga berhubungan erat dengan pelanggaran terhadap nilai-nilai moral dan agama.
Kita sudah sangat mengerti bagaimana efek penggunaan narkoba dan perilaku seks bebas dalam konteks fisik dan mental. Narkoba bisa membuat seseorang menjadi sangat lemah tubuh dan pikirannya, sementara seks bebas memiliki risiko tertular HIV-AIDS atau setidaknya kehamilan di luar nikah. Sementara secara moral dan agama, kedua perilaku tadi sangatlah bertentangan, ada beban dosa yang dibawanya.
Jika kita bicara tentang penyalahgunaan narkoba maka kita akan menemukan data atau angka yang fantastis. BNN di tahun 2017 saja merilis data hasil penindakan penyalahgunaan narkoba sebanyak 3.376.115 orang dan itu terjadi pada rentang usia 10-59 tahun. Rentang usia yang dirilis oleh BNN itu tentu adalah usia yag produktif dan remaja ada di dalamnya. Pihak Polri sendiri hingga Januari 2021 telah menangkap sekitar 24.878 orang terkait kasus narkoba dari 19.229 kasus yang berhasil diungkap. Tentu saja angka ini amat sangat mengkhawatirkan kita.
Pintu masuk bagi kalangan remaja mengenal narkoba dan seks bebas ada berbagai macam, mulai dari pergaulan, televisi dan internet. Pergaulan yang tanpa batas menyebabkan para remaja akrab dengan hal-hal yang salah, sementara televisi kerapkali menampilkan adegan-adegan atau gambar-gambar yang maksudnya mencegah para remaja berbuat salah namun justru menjadi inspirasi para remaja untuk melakukan kesalahan itu sendiri. Dalam beberapa kasus memang kampanye larangan malah menjadi promosi ajakan, karena kesalahan konsep kampanye itu.
Selain pergaulan dan TV, pintu masuk yang lebih mengkhawatirkan adalah penggunaan internet. Lebih mengkhawatirkan karena saat ini penggunaan internet sudah sangat masif. Kementerian Kominfo memperkirakan telah terjadi kenaikan angka pengguna internet yang signifikan. Tahun 2021 pengguna internet di Indonesia meningkat 11 persen dari tahun sebelumnya, yaitu dari 175,4 juta menjadi 202,6 juta pengguna. Penggunaan internet yang tanpa batas memang memberikan nilai lebih kepada makin meningkatnya kecerdasan masyarakat, tetapi di sisi lain juga memberikan efek buruk karena bebasnya internet itu berputar di langit kita, seraya membawa nilai-nilai yang bertentangan dengan budaya dan moral kita sebagai bangsa. Kebebasan yang tanpa filter memang memiliki konsekwensi wajar bagi lahirnya kerusakan pola pikir dan hati.
Lalu di mana kah Gerakan Pramuka berdiri pada masalah-masalah tersebut di atas?
Gerakan Pramuka tentu saja tidak bisa hanya diam berdiri menyaksikan gejala-gejala keburukan yang terjadi di masyarakat, terutama di kalangan remaja. Gerakan Pramuka haruslah berpartisipasi secara aktif untuk mencegah, menanggulangi dan melawan setiap bentuk perilaku yang berlawanan dengan nilai etika moral dan agama. Tentu saja dengan cara-cara yang lebih manusiawi dan lembut, tidak memasuki wilayah kerja aparat keamanan atau lembaga lain yang memang memang secara reesmi memiliki kewenangan untuk itu.
Pendekatan yang lembut dan manusiawi bisa dilakukan oleh Gerakan Pramuka dalam konteks meng-counter perilaku buruk remaja yang makin marak, lewat kegiatan-kegiatan yang memang dekat dengan para remaja itu sendiri. Kampanye anti narkoba atau seks bebas, misalnya, bisa dilakukan oleh Gerakan Pramuka, sejalan dengan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga terkait. Tentu saja bentuk kampanyenya bukan sekedar menyebar spanduk atau baliho yang terkesan menggurui dan kaku, tetapi masuk ke dalam kegiatan atau aktivitas para remaja. Lewat event olahraga, musik atau film, kampanye itu bisa dilakukan.
Berhubungan dengan internet maka Gerakan Pramuka juga bisa masuk ke dalam wilayah media sosial atau digital platform, seperti instagram dan youtube, dengan membuat konten-konten yang popular namun mengandung pesan moral yang kuat tentang bahayanya narkoba dan seks bebas. Maraknya trend tiktok dan film pendek bisa pula menjadi pilihan untuk masuk ke dalam wilayah para remaja.
Gerakan Pramuka tentu saja memiliki kemampuan untuk semua hal itu. Mungkin memang semua kegiatan tersebut telah dilakukan oleh Gerakan Pramuka, namun titik berat tulisan ini adalah lebih kepada keinginan untuk meningkatkannya. Satu hal saja yang terpenting adalah, bahwa Gerakan Pramuka memiliki tanggung jawab juga atas perjalanan bangsa dan negara ini ke masa depan. Salah satu pemegang kendali atas masa depan Indonesia adalah Gerakan Pramuka.
Salam Pramuka
Penyalahgunaan narkotika dan seks bebas adalah diantaranya bentuk kenakalan remaja yang sangat mengkhawatirkan. Itu bukan hanya berhubungan dengan soal fisik dan mental secara medis, tetapi juga berhubungan erat dengan pelanggaran terhadap nilai-nilai moral dan agama.
Kita sudah sangat mengerti bagaimana efek penggunaan narkoba dan perilaku seks bebas dalam konteks fisik dan mental. Narkoba bisa membuat seseorang menjadi sangat lemah tubuh dan pikirannya, sementara seks bebas memiliki risiko tertular HIV-AIDS atau setidaknya kehamilan di luar nikah. Sementara secara moral dan agama, kedua perilaku tadi sangatlah bertentangan, ada beban dosa yang dibawanya.
Jika kita bicara tentang penyalahgunaan narkoba maka kita akan menemukan data atau angka yang fantastis. BNN di tahun 2017 saja merilis data hasil penindakan penyalahgunaan narkoba sebanyak 3.376.115 orang dan itu terjadi pada rentang usia 10-59 tahun. Rentang usia yang dirilis oleh BNN itu tentu adalah usia yag produktif dan remaja ada di dalamnya. Pihak Polri sendiri hingga Januari 2021 telah menangkap sekitar 24.878 orang terkait kasus narkoba dari 19.229 kasus yang berhasil diungkap. Tentu saja angka ini amat sangat mengkhawatirkan kita.
Pintu masuk bagi kalangan remaja mengenal narkoba dan seks bebas ada berbagai macam, mulai dari pergaulan, televisi dan internet. Pergaulan yang tanpa batas menyebabkan para remaja akrab dengan hal-hal yang salah, sementara televisi kerapkali menampilkan adegan-adegan atau gambar-gambar yang maksudnya mencegah para remaja berbuat salah namun justru menjadi inspirasi para remaja untuk melakukan kesalahan itu sendiri. Dalam beberapa kasus memang kampanye larangan malah menjadi promosi ajakan, karena kesalahan konsep kampanye itu.
Selain pergaulan dan TV, pintu masuk yang lebih mengkhawatirkan adalah penggunaan internet. Lebih mengkhawatirkan karena saat ini penggunaan internet sudah sangat masif. Kementerian Kominfo memperkirakan telah terjadi kenaikan angka pengguna internet yang signifikan. Tahun 2021 pengguna internet di Indonesia meningkat 11 persen dari tahun sebelumnya, yaitu dari 175,4 juta menjadi 202,6 juta pengguna. Penggunaan internet yang tanpa batas memang memberikan nilai lebih kepada makin meningkatnya kecerdasan masyarakat, tetapi di sisi lain juga memberikan efek buruk karena bebasnya internet itu berputar di langit kita, seraya membawa nilai-nilai yang bertentangan dengan budaya dan moral kita sebagai bangsa. Kebebasan yang tanpa filter memang memiliki konsekwensi wajar bagi lahirnya kerusakan pola pikir dan hati.
Lalu di mana kah Gerakan Pramuka berdiri pada masalah-masalah tersebut di atas?
Gerakan Pramuka tentu saja tidak bisa hanya diam berdiri menyaksikan gejala-gejala keburukan yang terjadi di masyarakat, terutama di kalangan remaja. Gerakan Pramuka haruslah berpartisipasi secara aktif untuk mencegah, menanggulangi dan melawan setiap bentuk perilaku yang berlawanan dengan nilai etika moral dan agama. Tentu saja dengan cara-cara yang lebih manusiawi dan lembut, tidak memasuki wilayah kerja aparat keamanan atau lembaga lain yang memang memang secara reesmi memiliki kewenangan untuk itu.
Pendekatan yang lembut dan manusiawi bisa dilakukan oleh Gerakan Pramuka dalam konteks meng-counter perilaku buruk remaja yang makin marak, lewat kegiatan-kegiatan yang memang dekat dengan para remaja itu sendiri. Kampanye anti narkoba atau seks bebas, misalnya, bisa dilakukan oleh Gerakan Pramuka, sejalan dengan yang dilakukan oleh lembaga-lembaga terkait. Tentu saja bentuk kampanyenya bukan sekedar menyebar spanduk atau baliho yang terkesan menggurui dan kaku, tetapi masuk ke dalam kegiatan atau aktivitas para remaja. Lewat event olahraga, musik atau film, kampanye itu bisa dilakukan.
Berhubungan dengan internet maka Gerakan Pramuka juga bisa masuk ke dalam wilayah media sosial atau digital platform, seperti instagram dan youtube, dengan membuat konten-konten yang popular namun mengandung pesan moral yang kuat tentang bahayanya narkoba dan seks bebas. Maraknya trend tiktok dan film pendek bisa pula menjadi pilihan untuk masuk ke dalam wilayah para remaja.
Gerakan Pramuka tentu saja memiliki kemampuan untuk semua hal itu. Mungkin memang semua kegiatan tersebut telah dilakukan oleh Gerakan Pramuka, namun titik berat tulisan ini adalah lebih kepada keinginan untuk meningkatkannya. Satu hal saja yang terpenting adalah, bahwa Gerakan Pramuka memiliki tanggung jawab juga atas perjalanan bangsa dan negara ini ke masa depan. Salah satu pemegang kendali atas masa depan Indonesia adalah Gerakan Pramuka.
Salam Pramuka
Tidak ada komentar:
Posting Komentar